Pesantren Wajib Jadi Benteng! Bupati Warsubi Minta Pengasuh Aktif Deteksi Dini Kekerasan Seksual

Jombang terkini Com Jombang – Bupati Jombang, Warsubi SH., M.Si., menegaskan bahwa perlindungan anak dan pencegahan kekerasan seksual di lembaga pendidikan, termasuk pesantren, adalah tanggung jawab kolektif yang tak bisa ditawar. Penegasan keras ini disampaikan Bupati dalam acara Sosialisasi Modul Anti Pencabulan di Lingkungan Pesantren yang digagas oleh Pengurus Pusat Harakah Majelis Taklim (PP HMT) di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, pada Minggu (14/12/2025).

​Bersama Wakil Bupati Gus Salmanudin dan jajaran pimpinan daerah lainnya, Bupati Warsubi memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif PP HMT ini.

​”Atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Jombang, saya menyambut baik kegiatan ini, sebagai ikhtiar dalam memperkuat perlindungan bagi para santri agar mereka dapat belajar dalam situasi yang aman, nyaman, dan terlindungi,” tutur Bupati Warsubi.

​Pesantren Harus Ikut Andil

​Dalam sambutannya, Bupati secara spesifik menyoroti peran strategis pesantren. Warsubi menekankan bahwa lembaga pendidikan berbasis agama ini wajib ikut andil dalam memastikan lingkungannya bebas dari segala bentuk kekerasan seksual, karena ancaman tersebut tidak mengenal gender.

​”Upaya perlindungan ini tentu menjadi tanggung jawab kita bersama, dan Pesantren harus ikut andil dalam memastikan lingkungan yang bebas dari segala bentuk kekerasan seksual,” tandasnya.

​Bupati Jombang mendesak agar langkah pencegahan dilakukan secara serius, terukur, dan berkelanjutan.

​Deteksi Dini dan Budaya Keterbukaan

​Inti dari sosialisasi ini adalah memberikan pemahaman mendasar kepada santri mengenai perbedaan antara pelecehan, kekerasan seksual, dan pencabulan—sebuah langkah krusial untuk memutus rantai kejadian sejak awal.

​”Ini sangat penting, karena ancaman kekerasan seksual di lingkungan pendidikan, termasuk di lingkungan pesantren, tidak bisa dianggap enteng,” tegasnya.

​Secara khusus, Warsubi meminta pihak pesantren untuk memahami:

​Metode deteksi dini terhadap indikasi kekerasan.

​Pengawasan yang efektif.

​Mekanisme perlindungan yang terintegrasi dalam kehidupan pondok.

​Warsubi menggarisbawahi bahwa pesantren harus menjadi tempat yang aman, nyaman, dan membentuk karakter, bukan sebaliknya.

​Kolaborasi Kunci Keberlanjutan

​Di akhir sambutan, Bupati Warsubi menekankan perlunya kolaborasi erat antara semua pihak: pengasuh, asatidz, pengurus, hingga elemen masyarakat.

​”Tidak hanya melalui pengawasan struktural, tetapi dengan membangun budaya komunikasi yang terbuka, penanaman nilai saling menghormati, serta keberanian untuk melaporkan setiap indikasi tindakan yang mencurigakan. Sehingga pesantren benar-benar dapat menjadi ruang yang aman bagi tumbuh kembang santri,” pungkasnya.

​Sosialisasi ini diisi oleh dua narasumber kompeten, yakni Nyai Dr. Hj. Wiwik Siti Sajaroh, M.Ag dan Nyai Elvi Nikmah Hamidah Hanum.(Red)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *