Jombang terkini.Com Jombang– Pemerintah Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, telah menemukan solusi inovatif untuk mengatasi masalah sampah yang telah berlangsung bertahun-tahun. Dengan mengimplementasikan program pengelolaan sampah mandiri, desa ini berhasil mengubah wajahnya dan membersihkan sungai yang dulunya penuh dengan limbah.
Program pengelolaan sampah mandiri ini tidak hanya membersihkan lingkungan desa, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Dengan memilah dan mengolah sampah secara tepat, desa ini dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke sungai dan lingkungan sekitar.
Kepala Desa Kedungrejo melalui Kepala Dusun Kedungrejo Basuki mengungkapkan betapa frustrasinya warga dengan permasalahan sampah yang seolah menjadi agenda rutin tanpa penyelesaian.
“Dulu itu, setiap musyawarah, masalah sampah ini tidak pernah selesai. Banyak warga yang akhirnya membuang sampah ke sungai, dan itu jelas tidak benar,” ujarnya saat ditemui wartawan pada Minggu (11/5/2025).
Sungai yang bersebelahan dengan Kali Brantas itu menjadi saksi bisu tumpukan sampah plastik, pampers, dan limbah rumah tangga lainnya.
Desakan warga menjadi titik balik. Awalnya, permintaan sederhana berupa penyediaan tempat sampah dan petugas pengangkut berbayar menjadi cikal bakal ide yang lebih besar.
Setelah melalui serangkaian rapat di tingkat RT dan RW pada akhir tahun 2024, program pengelolaan sampah berbasis partisipasi warga ini akhirnya disepakati.
“Saya turun langsung ke masing-masing RT saat pertemuan rutin, menyampaikan program ini kepada masyarakat. Alhamdulillah, responsnya positif, meskipun tidak semua warga langsung ikut,” jelas Basuki.
Program ini bersifat sukarela, diperuntukkan bagi warga yang tidak memiliki lahan untuk pembuangan sampah sendiri, dengan catatan tegas, dilarang membuang sampah ke sungai.
Warga yang memiliki pekarangan luas diperbolehkan membuang atau membakar sampah di lahan mereka, meskipun disadari bukan solusi ideal.
Iuran sampah ditetapkan sebesar Rp 20.000 per bulan bukan per rumah, melainkan per tong sampah. Satu tong sampah bahkan bisa digunakan oleh 2 hingga 4 rumah dengan iuran yang tetap sama.
Dana tersebut sepenuhnya digunakan untuk operasional program, meliputi retribusi, biaya pengangkutan sampah ke truk, upah tiga petugas pengambil sampah dari setiap rumah, hingga pembelian bahan bakar minyak (BBM). Bahkan, tak jarang petugas sampah menerima tips tambahan dari warga sebagai bentuk apresiasi.
“Kalau ada yang bilang keberatan dengan retribusi, saya pastikan itu yang tidak ikut program. Buktinya, pembayaran dari peserta lancar semua, bahkan banyak yang membayar sebelum jatuh tempo,” tegasnya. Antusiasme warga yang ikut program ini menjadi bukti keberhasilan inisiatif tersebut.
Program ini bahkan mendapat apresiasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang. Basuki membantah anggapan adanya pungutan liar (pungli), mengingat program ini lahir dari musyawarah dan keinginan warga sendiri.
Awalnya, program ini hanya diikuti sekitar 60 tong sampah dari 11 RT. Namun, perkembangannya sangat pesat. Setiap bulan, selalu ada penambahan peserta, bahkan warga dari dusun tetangga, Bungkil, ikut bergabung karena merasakan manfaatnya. Hingga kini, tercatat sudah 110 tong sampah yang terdaftar dalam program ini, dengan sekitar 120 kepala keluarga yang merasakan dampaknya.
Dampak positif program ini sangat terasa. Sungai Kedungrejo kini bersih dari sampah. Habitat sungai pun Kembali normal, ditandai dengan banyaknya warga yang memancing ikan.
“Dulu mancing dapatnya pampers, plastik, dan sampah. Sekarang sudah tidak lagi,” ungkapnya.
Sampah yang terkumpul kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ploso yang lokasinya lebih dekat.
Ke depan, pihak desa berharap dapat mengembangkan program ini lebih lanjut dengan memanfaatkan potensi anggaran RT/RW untuk pengelolaan sampah dari pemerintah kabupaten.
“Kami tidak akan terus menerus mengandalkan swadaya masyarakat, karena pengelolaan sampah ini adalah kebutuhan pokok,” pungkasnya.
Ia berharap inovasi ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengatasi permasalahan sampah secara mandiri.(Red)